Jumat, 17 Oktober 2014

FORMAL FALLACY



Ini merupakan pola-pola argumen yang artinya sendiri murni menciptakan kesalahan-kesalahan logika. Setiap tipe dari fallacy mengandung argumen yang tidak valid dan sekali anda merasa tidak asing dengan pola-pola tersebut, fallacies itu akan dikenal oleh kehadiran pola invalid tertentu.

Ini merupakan pola-pola argumen yang artinya sendiri murni menciptakan kesalahan-kesalahan logika. Setiap tipe dari fallacy mengandung argumen yang tidak valid dan sekali anda merasa tidak asing dengan pola-pola tersebut, fallacies itu akan dikenal oleh kehadiran pola invalid tertentu..


·       Menyetujui  konsekuensi  dari  sebuah  kondisi

Dalam suatu premis ada konsekuensi dari sebuah pendahuluan, dalam logika matematika kita tahu sebuah premis ada yang jika P -> Q. Disini P adalah “antecedent” pendahuluan dari sebuah premis, memiliki Q yang disebut konsekuensi. Berikut contohnya:

P1      : Jika seseorang adalah filsuf (P), maka dia orang yang bijak (Q)
P2      : Jon itu orang yang bijak                                 
C       : Jon adalah seorang filsuf

Kita anggap premis diatas benar, tetapi kesimpulan ini belum tentu benar. Dipikir secara logika, ada beberapa orang yang bijak, tetapi dia bukan seorang filsuf. Maka kesimpulan diatas belum tentu benar. Sama seperti contoh berikut,

P1      : Jika diluar hujan (P), maka pasti ada awan (Q)
P2      : Ada awan   
C       : Diluar pasti hujan

Hal ini bisa kita pahami dengan sangat mudah bila kita memiliki jalan pikir atau pola pikir yang benar. Jika ada awan belum tentu hujan, bisa saja hanya mendung atau berawan, tetapi tidak hujan. Dalam contoh diatas, kesimpulan ini bisa saja salah. Hal ini yang kita sebut dengan menyetujui premis atau kesimpulan, berdasarkan kondisi.  Contoh diatas kondisinya ada di premis, dan persetujuan atau Affirming kita ada di kesimpulan, apakah kita setuju akan kesimpulan itu atau tidak.

·       Menolak “antecedent”pendahuluan)dari  sebuah  kondisi

Fallacy ini muncul ketika kita beragumen mengenai conditional premise (Jika P maka Q) dengan negasi dari pendahuluannya (-P) serta kesimpulan yang berupa konsekuensi yang bernegasi (-Q). Berikut contohnya:

P1      : Jika seseorang adalah seorang filsuf (P), maka mereka bijaksana (Q).
P2      : Jon bukan seorang filsuf (-P).
C       : Jon tidak bijaksana (-Q).

Invaliditas disini memiliki dasar yang memiliki kesamaan dengan fallacy dari menyetujui konsekuensi. Ada kondisi lain dimana orang itu bukan seorang filsuf, bukan berarti ia tidak bijaksana.

·       Fallacy  dari  kata “Harus

Fallacy ini dilihat dari sudut pandang sebuah keharusan dalam membuat kesimpulan yang dilihat dari premis-premis. Hal yang menyebabkan sebuah kesimpulan menjadi sebuah keharusan adalah adanya preskriptif dalam premis itu. Preskiptif adalah pandangan yang bersifat menentukan, atau memberi kita petunjuk tentang sesuatu haruskah kita percaya atau tidak percaya, hindari atau tidak dihindari. Sedangkan deskriptif memberi kita gambaran. Contoh dari preskriptif dan deskriptif dibawah berikut:

P1      : Pemerintahan Inggris sudah ada selama hampir 1000 tahun
P2      : Semua yang ada selama hampir 1000 tahun, harus dipertahankan
C       : Pemerintahan Inggris harus dipertahankan

Argumen dalam premis ini terdengar aneh. Premis kedua menyebutkan secara umum, bahwa semua yang ada hampir ribuan tahun, harus dipertahankan. Ambil contoh kemiskinan, kemiskinan juga sudah ada selama ribuan tahun. Tapi bukan berarti kemiskinan harus dipertahankan. Ini yang disebut argumen tidak valid. Ketidak’valid’an argumen ini ada pada premis. Premis ini menggunakan preskriptif, hal ini jelas membantu, tetapi preskriptif ini kurang jelas dan kurang detail akan apa yang harus dipertahankan. Cara menjelaskan dengan detail adalah dengan deskriptif. Dengan kita memberikan gambaran pada sesuatu, maka hal itu akan memberi kita preskriptif akan apa hal itu harus kita setujui atau tidak.

·       Base Rate of Fallacy

Tingkatan dasar dari fallacy ini dinyatakan ketika sebuah argumen diikuti dengan bentuk dimana bagian dari sebuah grup yang memiliki sebuah kelebihan tertentu, lebih tinggi dibanding dengan bagian dari grup lain yang memiliki kelebihan biasa. Beriku contohnya:

Rex adalah seekor tikus ataupun seekor kucing. 75 persen kucing berwarna hitam dimana hanya 45 persen tikus berwarna hitam. Rex berwarna hitam, oleh karena itu Rex mungkin seekor kucing.

Keputusan tersebut salah karena jumlah tikus berwarna hitam mungkin masih dapat lebih banyak dibanding jumlah kucing berwarna hitam. Kenyataannyaadalah keseluruhan jumlah tikus di dunia lebih besar dibanding jumlah kucing, jadi walaupun warna hitam lebih banyak diantara kucing dibanding tikus, jumlah tikus berwarna hitam masih dapat lebih banyak dibanding jumlah kucing berwarna hitam.

         Fallacy umumnya muncul ketika orang-orang yang berargumen mempergunakan persoalan gender atau ras yang klise untuk membuat suatu pernyataan. Dimaksudkan bahwa Ringons merupakan sebuah grup minoritas yang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan grup non-Ringons seperti satu dibanding sepuluh, dan seseorang berargumen :

P1      : Kebanyakan anggota Ringons memiliki catatan kriminal.
P2      : Beberapa anggota non-Ringons memiliki catatan kriminal.
P3      : Apex memiliki catatan kriminal.
C       : Mungkin Apex adalah seorang anggota Ringon.

Walaupun ada sebuah pengaruh besar dari kriminalitas diantara anggota Ringons, ada lebih banyak anggota non-Ringons dibanding anggota Ringons yang memiliki catatan kriminal. Karena argumen tersebut tidak mengatakan apapun mengenai jumlah angka dari anggota Ringons sebagai perbandingan dengan anggota non-Ringons, argumen itu tidak menggunakan pendekatan secara paksa, P1-P3 tidak memberikan alasan untuk menduga kesimpulan yang dapat diambil. Kenyataannya, jika kamu mengetahui bahwa jumlah anggota non-Ringons lebih sedikit dibanding jumlah anggota Ringons, maka, berikan P1-P3 dan tanyalah untuk memperkirakan apakah Apex adalah anggota Ringon atau non-Ringon, ‘non-Ringon’ bisa menjadi perkiraan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar