Rabu, 15 Oktober 2014

TAHAP-TAHAP PROSES KREATIF

1. Mencari Tantangan                               Pokok dari sebuah kreatifitas adalah mencari sebuah tantangan yang ada dalam sebuah masyarakat dimana memiliki unsure unsur imajinatif,original dan nilai efektivitas. Sesekali tantangan perlu untuk dicari & ditelaah dengan teliti. Biasanya mereka (tantangan) bisa berupa masalah yang jelas/nyata atau hanya sebuah isu.                                                     Contohnya, jika teman sekamarmu pulang jam 2 atau 3 pagi, mendobrak pintu, dan mulai berbicara denganmu disaat kamu sedang berusaha untuk tidur, kamu tidak perlu menjadi orang yang cerdik untuk mengetahui kalau kamu memiliki masalah. Atau jika kamu sedang berada di tengah sebuah debat tentang masalah “Aborsi adalah pembunuhan”, tidak ada seorang pun yang harus memberitahumu bahwa kamu telah menciptakan suatu isu tersendiri.


Namun, tidak semua tantangan terlihat jelas/nyata. Seringkali sebuah masalah dan isu terlihat tak kentara atau kecil dan hanya beberapa orang saja yang peka. Pada awalnya tidak ada masalah atau pun isu sama sekali, hanya kesempatan untuk mengembangkan keadaan yang ada.  Beberapa masalah tidak menimbulkan emosi yang kuat dalam diri kita, jadi kita mungkin tidak akan menemukan sebuah masalah hanya dengan duduk & menunggu---kita harus berinisiatif mencari sebuah masalah yang ada.


Tahap pertama dari proses sebuah kreatifitas menampilkan sebuah kebiasaan untuk mencari sebuah tantangan, tidak hanya masalah yang hanya bisa langsung diselesaikan, tapi juga masalah yang terus berkelanjutan (continue). Merupakan hal yang penting jika kita bisa menjadi pribadi yang kreatif dari sebuah tantangan yang kita rasa sedang terjadi di sebuah masyarakat.


2. Mengungkapkan Masalah

Objektifitas dari tahap ini adalah untuk menemukan cara paling baik untuk mengekspresikan masalah atau isu tersebut, salah satu cara yang menghasilkan solusi yang paling baik. Pada kasus seperti ini dimana tidak ada masalah ato isu yang nyata tetapi ia memiliki sebuah kesempatan untuk mengembangkan kondisi yang ada, kita harus memperlakukan situasi tersebut seakan-akan situasi itu bisa menjadi sebuah problematika, contohnya : Bagaimana aku bisa membuat proses kerjaku ini menjadi lebih efektif?”

“Sebuah permasalahan telah pantas untuk dinyatakan” kata Henry Hazlitt, “jika sebagian masalah tersebut dapat dipecahkan”. Karena perbedaan mengekspresikan suatu masalah bisa membuka berbagai jalan pikiran, merupakan hal yang tepat jika kita mempertimbangkan sebanyak mungkin cara-cara untuk mengekspresikannya. Salah satu kesalahan yang paling biasa adalah menempatkan suatu masalah atau isu hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, seharusnya suatu masalah harus dilihat dari semua sudut sehingga bisa menghasilkan beragam pikiran yang menuntun kita pada solusi.

Contohnya, seorang narapidana yang memutuskan untuk mencari cara “bagaimana ia bisa melarikan diri dari penjara”. Perumusan masalah pertama yang ia pikirkan mungkin seperti “Bagaimana aku bisa mendapat sebuah senjata dan menembak jalan keluarku dari sini?” atau “Bagaimana aku bisa menipu para penjaga untuk membuka sel-ku supaya aku bisa menyergap mereka?”. Jika dia sudah menetapkan perumusan masalahnya, dia tetap akan diam disana (di tempat dia seharusnya berada). Meskipun dia memiliki berbagai akal untuk melarikan diri namun hal itu bisa dipikirkan hanya jika ada respon dari pertanyaannya seperti “Bagaimana aku bisa memotong jeruji besi ini tanpa sebuah gergaji?”. Ini merupakan hal yang paling dasar yang harusnya ia pikirkan.

Seringkali, setelah mengekspresikan sebuah masalah atau isu secara berurutan, kita merasa tidak bisa untuk memutuskan cara mana yang paling baik. Ketika hal itu terjadi, kita harus menunda memutuskannya. Yang harus kita lakukan adalah membuat langkah-langkah atau tahap-tahap prosesnya yang memungkinkan kita untuk memutuskan. Bersikap bijaksana jika kita harus memutuskan sesuatu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar